BINAR 2025: Dari Filipina hingga Vietnam, Mahasiswa Asing Belajar Seni di BBPPMPV Seni dan Budaya
Sleman, Ditjen Vokasi PKPLK - Sebanyak 22 mahasiswa asing dari berbagai negara mengikuti program pembelajaran seni dan budaya di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya, Sleman, D.I. Yogyakarta. Program ini merupakan kerja sama antara BBPPMPV Seni dan Budaya dengan Universitas Terbuka (UT).
Kegiatan yang berlangsung pada 5–14 September 2025 ini menjadi bagian dari Bina Budaya Antarbangsa (BINAR), sebuah inisiatif untuk memperkenalkan kekayaan seni tradisi Indonesia sekaligus membuka ruang dialog lintas budaya.
Mahasiswa asing yang terlibat dalam program ini diantaranya berasal dari Jerman, Turki, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan beberapa negara lainnya. Mereka mengikuti serangkaian kegiatan intensif, mulai dari belajar tari tradisional, membatik, hingga karawitan.
Tebenraj A. L. Segar, mahasiswa asal Malaysia, mengaku awalnya kesulitan memainkan gamelan saat mengikuti kelas karawitan.
“Akan tetapi, lama kelamaan akhirnya mulai paham bahwa musik ini mengajarkan kebersamaan. Semua instrumen harus saling mendukung,” ungkap Tebenraj A. L. Segar tentang musik karawitan yang dipelajarinya.
Mahasiswa lain dari Filipina, Milo Ezekiel Jimena Sevilla, mengaku musik gamelan telah mengajarkan banyak hal.
“Gamelan mengajarkan kami bahwa musik ini bukan tentang siapa yang paling menonjol, tapi bagaimana semua instrumen bisa saling mendukung,” kata Milo Ezekiel yang mengaku diperkenalkan pada Lancaran Rainbow dan Lancaran Butterfly pada sesi kelas karawitan di kegiatan tersebut.
Selain karawitan, mahasiswa juga diajak untuk membatik. Suharjito selaku pembimbing, mengajari mahasiswa lintas negara ini langkah demi langkah, mulai dari menggambar motif, mencanting, mewarnai, hingga tahap finishing. Pada akhir sesi membatik, setiap mahasiswa menghasilkan scarf batik tulis sederhana. Karya mereka beragam: ada motif kupu-kupu, bunga, hingga pola abstrak penuh warna.
Para mahasiswa juga tidak lupa juga diperkenalkan dengan tarian daerah Indonesia, seperti Tari Kupu-Kupu Manis dan Tari Candik Ayu. Tari Kupu-Kupu Manis memiliki gerakan-gerakan gemulai yang menyerupai kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayapnya. Sementara itu, Tari Candik Ayu merupakan tarian kreasi dari Surakarta yang menampilkan gerak dan langkah polos para anak-anak dalam suasana ceria.
Latihan tari ini menjadi ruang ekspresi, di mana mahasiswa asing belajar bahwa tari tradisional tidak hanya soal keindahan gerak, tetapi juga refleksi nilai budaya dan rasa kebersamaan.
Kunjungan ke Pusat Budaya
Selain mempelajari keterampilan seni dan budaya tradisional di BBPPMPV, para mahasiswa juga melakukan kunjungan ke berbagai pusat budaya di D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Beberapa destinasi yang mereka singgahi antara lain Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, sentra kerajinan batik, serta desa wisata budaya.
Kunjungan ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga mengalami langsung kehidupan masyarakat yang masih menjaga tradisi. Dengan begitu, mereka bisa merasakan suasana budaya secara utuh, mulai dari arsitektur, kuliner, hingga interaksi sosial.
“Yogyakarta benar-benar istimewa. Saya merasa seperti masuk ke sebuah museum hidup, di mana budaya tidak hanya dipamerkan, tetapi dijalani setiap hari,” ujar salah satu peserta dari Vietnam.
Kepala BBPPMPV Seni dan Budaya, Masrukhan Budiyanto, menyampaikan bahwa program BINAR dan sejenisnya penting untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia.
“Lewat seni dan budaya, kita bisa memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa kepada dunia. Harapannya, mereka yang belajar di sini akan menjadi duta budaya Indonesia di negara masing-masing,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa seni adalah jembatan. “Lewat karawitan, batik, dan tari, mahasiswa asing bisa merasakan nilai kebersamaan, kreativitas, dan harmoni yang menjadi karakter bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Wakil Rektor Universitas Terbuka, Prof. Rahmat Budiman, menambahkan bahwa program BINAR 2025 sejalan dengan misi UT untuk membuka akses pendidikan lintas batas.
“UT bukan hanya perguruan tinggi jarak jauh, tetapi juga institusi yang berperan aktif membangun jejaring internasional melalui program-program inovatif seperti BINAR. Kami ingin mahasiswa internasional membawa pengalaman ini ke negara mereka masing-masing, sehingga Indonesia semakin dikenal lewat budayanya,” tuturnya. (BBPPMPV Seni dan Budaya/Nan/NA)