PKBM Tunas Makrifat Tumbuhkan Kemandirian dan Kreativitas Masyarakat
Karawang, Ditjen Diksi PKPLK - Sejak berdiri pada 2014 di bawah naungan Yayasan Ma’rifatullah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tunas Makrifat, Desa Karyamulya, Kecamatan Batujaya, Karawang berupaya hadir sebagai lembaga pendidikan nonformal yang memberikan ruang belajar bagi masyarakat dengan keragaman latar belakang. Melalui program kesetaraan Paket A, B, dan C, dan berbagai aktivitas kemasyarakatan, lembaga ini tidak hanya membuka akses pendidikan, tetapi juga menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui berbagai kegiatan kewirausahaan dan pengembangan keterampilan.
Saat ini PKBM Tunas Makrifat melayani lebih dari 100 peserta didik dengan 13–15 tutor aktif. Komposisi siswanya cukup beragam, terdiri atas 40 persen usia sekolah dan 60 persen adalah pekerja. Berbeda dengan sebagian besar PKBM yang hanya aktif di akhir pekan, Tunas Makrifat menjalankan kelas reguler Senin hingga Kamis. Sementara hari Jumat, acara diisi kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, paskibra, keagamaan, dan videografi. Hari Sabtu dan Minggu dimanfaatkan untuk pembelajaran tatap muka tambahan.
“Kami ingin siswa tidak sekadar mengejar ijazah, tapi juga mengasah kreativitas dan keterampilan yang bisa berguna untuk hidup mereka,” jelas Jafar Hidayatullah, penasihat sekaligus pengajar di PKBM.
Dalam bidang kewirausahaan, PKBM Tunas Makrifat membekali peserta didik dengan pelatihan keterampilan seperti menjahit, budidaya ikan, dan komputer. Lembaga ini juga mengembangkan produk-produk lokal, di antaranya olahan ikan bandeng berupa nugget, dimsum, dan bandeng tanpa tulang, serta camilan Semprong Mak’e. Produk tersebut sudah memiliki kemasan yang cukup baik, namun pengelola masih menghadapi kendala daya tahan tanpa bahan pengawet serta distribusi di marketplace.
“Kami butuh pelatihan pengolahan pangan agar awet lebih lama, juga strategi pemasaran digital agar produk siswa bisa bersaing,” tambah Jafar terkait kebutuhan mereka.
Upaya kolaborasi terus diperluas. PKBM Tunas Makrifat telah menjalin kerja sama dengan tiga desa di sekitarnya, seperti Desa Karyamulya, Teluk Bango, dan Baturaden, serta menggandeng Disperindag untuk pelatihan kewirausahaan dan partisipasi dalam pameran. Lembaga ini juga mulai mendorong siswa untuk memanfaatkan konten kreator dan digital marketing sebagai sarana memasarkan produk sekaligus mengasah kemampuan komunikasi.
Tidak hanya dari sisi akademik dan ekonomi, PKBM Tunas Makrifat juga berperan menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik. Pernah ada kasus siswa yang putus sekolah dan enggan melanjutkan, hingga akhirnya tim melakukan home visit untuk memberikan pemahaman bahwa ijazah PKBM memiliki pengakuan resmi.
“Banyak yang awalnya tidak tahu, lalu terkejut ketika tahu PKBM bisa memberikan ijazah. Hal ini memotivasi mereka kembali belajar,” ungkap Jafar.
Dengan segala keterbatasannya, PKBM Tunas Makrifat telah menunjukkan praktik baik pendidikan nonformal, membuka kesempatan bagi siapa saja untuk belajar, membangun keterampilan, dan menumbuhkan kemandirian. Keberadaannya menjadi bukti bahwa pendidikan bukan hanya urusan sekolah formal, melainkan ruang sepanjang hayat yang bisa mengubah kehidupan masyarakat. (Esha/NA)