Kolaborasi Pendidikan Vokasi dan Industri Siapkan Talenta Digital dari Bangku SMK untuk Negeri
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berupaya untuk menyiapkan talenta digital muda berkompeten dan berdaya saing global.
Pada tahun ini, program pelatihan skill digital bertajuk Coding Camp 2025 berhasil terselenggara berkat kerja sama antara antara Dicoding Indonesia, DBS Foundation, dan Ditjen Pendidikan Vokasi PKPLK.Program pelatihan intensif berdurasi 833 jam yang dilaksanakan dari bulan Januari hingga Mei 2025 ini menyasar 600 murid SMK dari 200 SMK dan 2.400 mahasiswa di seluruh Indonesia.
Pada kegiatan kelulusan peserta Coding Camp 2025 (31/7), Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Fauzan, mengapresiasi inisiasi untuk menyiapkan talenta digital muda Indonesia. Menurutnya, teknologi digital saat ini menjadi kepanjangan tangan dari kegiatan manusia. Kesenjangan digital adalah jurang yang nyata yang perlu dicarikan titik temu untuk siap menghadapi derasnya gelombang perubahan digital.
“Ini tugas kita untuk menjadi jembatan penghubung bukan tembok pemisah. Coding camp adalah wujud nyata dari pendidikan yang beradaptasi dengan perkembangan zaman. Di sini para peserta tidak hanya belajar terkait hardskill, tetapi juga softskills dan manajemen keuangan yang kritis,” ucap Fauzan.
Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi digital yang semakin pesat, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar berkompeten di bidang ini. Untuk itu diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan mitra untuk meningkatkan link and match dalam upaya menyiapkan talenta digital khususnya dari lulusan SMK.
“Talenta-talenta digital ini disiapkan untuk mendukung berbagai sektor di tengah perkembangan industri digital yang semakin pesat. Kolaborasi pembelajaran antara teori dan praktik diharapkan bisa mempercepat penyiapan SDM di bidang tersebut,” ucap Tatang.
Sementara itu, Direktur PT Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong, menuturkan melalui kegiatan yang dilaksanakan DBS Foundation diharapkan dapat menciptakan dampak yang luas, bisa menyasar ke seluruh penjuru negeri dan tetap memperhatikan inklusivitas.
“Kami berusaha untuk membekali generasi muda dengan kemampuan digital yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Pelatihan ini tidak hanya membekali mereka dengan keterampilan digital, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi talenta masa depan yang mampu menjadi inovator, pemecah masalah, dan pemimpin ekonomi digital masa depan,” ucap Lim Chu Chong.
Pernyataan Lim Chu Chong diperkuat oleh pernyataan CEO Dicoding Indonesia, Narenda Wicaksono. Narenda mengungkapkan bahwa ini adalah kolaborasi yang berdampak. Peserta Coding Camp 93% berasal dari kota kecil dan menengah di Indonesia. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa menghalangi untuk belajar coding selagi memiliki kemauan yang keras.
“Kami harap para peserta yang sudah lulus ini bisa terus update kemampuannya. Jangan terlena dengan kemampuan yang telah kalian punya karena perkembangan teknologi ini terus berjalan dan sangat cepat. Semoga terus bisa jadi inovator dan semoga program ini juga bisa terus berlanjut,” ucap Narenda.
Coding Camp Buka Jalan Siddiq jadi Developer
Program Coding Camp 2025 ternyata tidak hanya sekedar pelatihan. Siapa sangka dari program ini juga membuka peluang karier untuk peserta pelatihannya, salah satunya Muhammad Siddiq Fathurrahman. Lahir dan besar di Kampung Keparakan Kidul, Kota Yogyakarta, Siddiq adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pengemudi ojek online dan ibunya menjalankan usaha laundry rumahan. Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, Siddiq memiliki semangat yang gigih untuk belajar coding.
Siddiq telah memiliki ketertarikan di bidang digital sejak ia masih kecil. Ia gemar membongkar laptop dan mencoba memahami cara suatu perangkat bekerja. Saat memilih jenjang pendidikan menengah, ia memutuskan untuk langsung masuk SMK agar bisa segera bekerja. Ia memilih SMKN 2 Yogyakarta dan mengambil Konsentrasi Keahlian Sistem Informasi, Jaringan, dan Aplikasi.
Perjalanan Siddiq dalam mengenal dunia teknologi semakin luas saat ia mulai aktif membaca blog dan mengikuti media sosial Dicoding. Dari sana, ia menemukan informasi mengenai Coding Camp powered by DBS Foundation, sebuah program beasiswa pelatihan teknologi intensif yang ditujukan untuk mahasiswa dan pelajar SMK.
“Sejak lama, saya sudah jadi follower Dicoding di Instagram. Begitu tahu ada program Coding Camp powered by DBS Foundation untuk anak SMK, saya langsung tertarik. Saya tidak hanya belajar keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan bekerja secara profesional,” ucap Siddiq.
Meski padat, Siddiq justru menikmati prosesnya. Baginya, bagian terbaik dari Coding Camp powered by DBS Foundation adalah saat ia dan timnya mengerjakan capstone project, sebuah projek akhir yang menuntut mereka membangun solusi teknologi dari awal.
Tim Siddiq memilih untuk membuat aplikasi konsultasi kesehatan mental. Dari projek tersebut, ia belajar banyak hal seperti menyusun arsitektur sistem, membagi peran dalam tim, serta menyampaikan ide secara efektif.
“Meeting capstone membuka pikiran saya untuk berpikir lebih luas. Kami merancang sesuatu dari nol, dan saya jadi paham bagaimana menyusun sistem yang solid,” jelasnya.
Kini, rasa ingin tahu itu membawanya menjadi lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation dan membuka jalan ke dunia kerja di industri teknologi. Ilmu yang ia dapat dari SMK dan program Coding Camp membantu Siddiq diterima jadi Front-End Developer Intern di Coding Collective, sebuah software house di Kota Yogyakarta. (Aya/NA)