Lestarikan Tenun Sotis: Menenun Kemandirian melalui PKW Tekun Tenun dan Kriya ala Desi
Timor Tengah Utara, Ditjen Vokasi PKPLK - Karya alumni program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya akan tampil di Pameran Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas). Hasil tangan-tangan tersebut menunjukkan kualitas generasi muda yang penuh semangat dalam melestarikan budaya bangsa.
Program PKW Tekun Tenun dan Kriya merupakan kolaborasi strategis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Dekranas untuk mempersiapkan talenta unggul yang melestarikan budaya melalui pelatihan tekun tenun dan kriya. Dengan program tersebut, para peserta tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga mampu mandiri membangun usaha.
Salah satu peserta yang turut aktif melestarikan wastra nusantara adalah Desi E. Naif dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Gadis berusia 23 tahun tersebut mampu kembali menenun satu per satu mimpinya melalui program PKW Tekun Tenun dan Kriya.
“Setelah lulus sekolah saya hanya menerima jahitan tapi tidak rutin, pendapatan pun tak menentu. Saat tahu ada program ini, saya tertarik untuk mencoba,” terang Desi.
Desi pun mengikuti program ini di tahun 2024 dan mulai belajar menenun dari nol. Sebelumnya, ia hanya melihat para tetua kampung yang menenun. Akan tetapi, dari pelatihan ini, ia mulai tahu bagaimana caranya memintal benang, menenun dengan alat gedokan, membentuk motif, meracik pewarna alami, bahkan sampai memasarkan hasil tenun.
“Saat pelatihan, saya dan teman-teman menghasilkan sekitar 50 buah kain selendang dan 5 buah sarung. Awalnya memang sulit, tetapi jika dengan hati, ternyata saya pun bisa menenun dengan baik,” ungkap Desi.
Berdaya dan Berbudaya
Pelatihan selama kurang lebih dua bulan membuat Desi dapat memperoleh keterampilan menenun dengan apik. Kini, ia bisa menghasilkan kain tenun dan menenun secara mandiri di rumah. Satu sarung berukuran sedang Desi bandrol dengan harga Rp450 ribu, sementara untuk selendang ukuran kecil sebesar Rp50 ribu.
Desi melanjutkan, “Setelah pelatihan saya mendapatkan alat tenun gedokan, benang, dan juga modal usaha lainnya. Selain menerima orderan tenun mandiri, saya pun mendapat orderan dari Dekranasda TTU.”
Bagi Desi, menenun adalah cara terbaik untuk kembali berdaya dan berbudaya. Yang awalnya ia belum mampu mendapatkan pendapatan secara rutin, kini ia menerima orderan setidaknya dua-tiga kain dalam satu bulan. Ia pun bersyukur dapat menjadi generasi muda yang turut melestarikan budaya. Pelatihan ini membantu mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses.
“Anak muda di Kabupaten TTU masih sedikit yang menjadi penenun. Sebagai generasi penerus budaya, saya merasa bangga bisa belajar dan melestarikan tenun sotis ini,” ungkap Desi.
Suksesnya pelaksanaan program PKW Tekun Tenun ini pun tak terlepas dari dukungan industri kreatif dan Dekranasda Kabupaten TTU. Elvira Bertha Maria, Ketua Dekranasda Kabupaten TTU, menyampaikan bahwa program PKW Tekun Tenun dan Kriya memberikan semangat kepada generasi muda untuk berkarya.
“Program PKW Tekun Tenun dan Kriya memberikan peran ganda dalam pembangunan dari sisi ekonomi serta sosial dan budaya. Para peserta pun dibekali dengan karakter kewirausahaan yang membantu mereka dalam mengembangkan rintisan usaha,” terang Elvira.
Menurut Elvira, langkah kolaborasi ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan Kabupaten TTU. Sebagai salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), program PKW Tekun Tenun dan Kriya membangun generasi muda yang sempat putus asa bisa kembali berdaya dan memiliki keterampilan di bidang tenun. (Zia/Dani)