PKBM Warga Mandiri Lapas Cipinang: Mengubah Rasa Putus Asa menjadi Harapan Baru
Jakarta, Ditjen Vokasi PKPLK - Di balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang, terdapat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Warga Mandiri, ruang belajar yang menjadi titik awal perubahan hidup banyak warga binaan. PKMB ini hadir bukan hanya untuk memberikan pendidikan kesetaraan, tetapi juga membekali keterampilan hidup dan membangkitkan kembali rasa percaya diri para warga binaan yang sempat hilang.
Hary Yandy, Kepala PKBM Warga Mandiri, mengaku awalnya tidak memiliki latar belakang pendidikan formal sebagai guru. Lulusan Sarjana Hukum ini mulai memimpin PKBM pada 2020, menggantikan pendahulunya, Suwarno.
“Saat itu saya masih kesulitan, tapi terus belajar. Lama-lama saya jatuh cinta juga dengan pendidikan,” kata Hary.
Ia menceritakan, bahwa warga binaan yang baru masuk seringkali mengalami tekanan mental.
“Mereka merasa tidak ada harapan, merasa selesai dalam hidup. Kami memulai terapi dengan public speaking, stand up comedy, hingga pelatihan pemasaran, supaya mereka bisa berkomunikasi lebih baik dan percaya diri,” tambahnya.
Dalam menjalankan fungsinya PKBM Warga Mandiri telah memberi garis visi yang jelas. Satuan pendidikan nonformal ini ingin mengembalikan kepercayaan diri warga binaan.
“Pertama untuk dirinya sendiri, kemudian untuk keluarganya, dan akhirnya untuk masyarakat. Misinya dijalankan melalui pembelajaran kesetaraan, pelatihan keterampilan, dan pembinaan karakter yang menyiapkan mereka kembali ke kehidupan sosial,” lanjut Hary.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, Hary juga memberikan pendampingan psikologis secara langsung. Bahkan sejak 2021, PKBM tersebut membuka program stand up comedy sebagai bagian dari terapi. Dengan memegang teguh moto “kami serta kalian bisa berdamai dengan diri sendiri, maafkan masa lalu” dan menjadi program tersebut sebagai terapi. Stand up comedy kemudian juga menjadi ruang aman bagi warga binaan untuk mengungkapkan perasaan, membangun rasa humor, dan menguatkan mental.
Saat ini, PKBM Warga Mandiri menyelenggarakan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B dan Paket C, Program Keaksaraan bagi warga binaan yang belum bisa membaca dan menulis, serta berbagai program ekstrakurikuler seperti Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, seni rupa, kabaret, public speaking, hingga pelatihan editing dan desain grafis. Bahasa Jepang menjadi salah satu unggulan karena adanya warga binaan yang menguasai bahasa tersebut, sekaligus menjawab peluang kebutuhan tenaga kerja di Jepang.
Pengelolaan PKBM ini melibatkan 8 orang tutor yang sekaligus berperan sebagai admin, dengan 22 warga binaan sebagai peserta belajar aktif. Tidak hanya memberi materi pelajaran, para tutor juga menjadi pembimbing dan motivator yang mendampingi proses pembelajaran.
Hary mengungkapkan pelatihan baca-tulis juga menjadi perhatian serius bagi PKBM Warga Mandiri. Ia mengaku terkejut ketika menemukan masih ada warga binaan di DKI Jakarta yang buta huruf, mayoritas berusia di atas 40 tahun.
“Ini menjadi tantangan bagi kami untuk memastikan semua bisa membaca dan menulis,” ungkapnya. (Esha/NA)